Rabu, 07 Maret 2012

Sekilas Aktivitas Kampoeng Lele Surabaya




Lele Unggul

*Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Jika Anda menjumpai ikan lele di restoran, warung tenda, supermarket, atau tempat kuliner lainnya, bisa dipastikan itu adalah lele dumbo. Tidak salah lagi, saat ini jenis lele inilah yang paling banyak diminati untuk dibudidayakan. Meskipun lele lokal (Clarias batracus) memiliki cita rasa lebih gurih, tetapi karena pertumbuhannya yang sangat lambat membuat pembudidaya ikan enggan memeliharanya.
Kata "dumbo" yang disandang oIeh Clarias gariepinus diduga berasal dari kata "Jumbo" yang berarti besar. Memang, sosok lele jenis ini bisa sangat besar. Selain itu, pertumbuhannya sangat cepat jika dibandingkan dengan lele lokal. Perbandingan tingkat pertumbuhan lele dumbo dengan lele lokal dapat dilihat sbb.
Perbandingan ukuran Lele dumbo dan Lele Lokal
Umur 2 Hari : Lele Dumbo: 1,2 - 3 mg/ekor Lele Lokal : 0,2-2 mg/ekor
Umur 5 minggu : Lele Dumbo: 10 - 15 g/ekor Lele Lokal : 1 - 1,5 g/ekor
Umur 12 Minggui : Lele Dumbo: 200 - 300 g/ekor Lele Lokal : 20 - 50 g/ekor
Dari namanya, Clarias gariepinus, apakah berarti lele dumbo merupakan jenis yang berasal dari Afrika, mengingat C. gariepinus termasuk salah satu jenis yang hidup di Kenya, Afrika? Konon, menurut beberapa pakar perikanan, lele dumbo yang kita kenal adalah hasil persilangan antara induk lele betina asli Taiwan dan induk lele jantan asal Kenya, Afrika. Namun, literatur lain mengatakan, Lele Dumbo merupakan jenis lele asal Kenya, Afrika. Bukan hasil perkawinan silang. sebabnya lele dumbo memiliki nama ilmiah Clarias gariepinus, bernama sama dengan salah satu jenis lele yang hidup di Afrika.
*Lele Sangkuriang
Saat ini telah lahir jenis lele baru, bernama lele sangkuriang. Lele ini terbilang jenis lele unggul. Pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan lele dumbo biasa. Sebuah penelitian tentang pertumbuhan lele sangkuriang melaporkan, benih lele jenis sangkuriang dapat mencapai panjang tubuh 5,4 cm dalam umur 21 hari. Padahal, di umur yang sama lele dumbo rata-rata panjangnya 2,9 cm. Artinya, pertumbuhan benih lele sangkuriang dua kali lebih cepat dari pertumbuhan lele dumbo biasa pada umur yang sama.
Sayangnya, benih hasil dari lele indukan lele sangkuriang dikembangkan khusus untuk produksi konsumsi, bukan untuk calon indukan baru. Hal ini karena turunan yang dihasilkan oleh induk lele sangkuriang akan menurun kualitasnya. Banyak petani yang memperoleh induk lele dumbo dari hasil pemeliharaan sendiri. Petani membeli benih, kemudian setelah mencapai ukuran konsumsi lele tersebut tidak dijual, melainkan dipelihara menjadi calon indukan. Namun, hal ini tidak berlaku pada petani lele sangkuriang. Jika dipaksakan, akibatnya turunan lele sangkuriang akan menurun kualitasnya. Jika ingin menambah jumlah induk lele sangkuriang, petani harus membeli lagi ke Balai Benih lkan.
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, dan konversi pakan lele sangkuriang dibandingkan dengan lele dumbo biasa dapat dilihat melalui tabel berikut ini.
Perbandingan tingkat pertumbuhan lele sangkuriang dan lele dumbo
Pendederan benih umur 5 - 26 hari
- Pertumbuhan harian Lele Sangkuriang : 29,26% Lele Dumbo : 20,38%
- Panjang standar Lele Sangkuriang : 3-5 cm Lele Dumbo : 2-3 cm
- Kelangsungan hidup Lele Sangkuriang : > 80% Lele Dumbo : > 80 %•
Pendederan benih umur 26 - 40 hari
- Pertumbuhan harian Lele Sangkuriang : 13,96% Lele Dumbo : 12,18%
- Panjang standar Lele Sangkuriang : 5-8 cm Lele Dumbo : 3-5 cm
- Kelangsungan hidup Lele Sangkuriang : > 90% Lele Dumbo : > 90%
Pembesaran
- Pertumbuhan harian selama 3 bulan Lele Sangkuriang : 3,53% Lele Dumbo : 2,73%
- Pertumbuhan harian calon induk Lele Sangkuriang : 0,85% Lele Dumbo : 0,62%
- Konversi pakan Lele Sangkuriang : 0,8-1 Lele Dumbo : > 1
Lele sangkuriang sebenarnya merupakan lele hasil persilangan antara induk betina lele dumbo generasi kedua (F2) dan induk jantan lele dumbo generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Induk tersebut berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1985. Sementara itu, induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di BBPBAT Sukabumi.
Konon, nama Sangkuriang yang disandangnya terinspirasi oleh cerita rakyat Jawa Barat tentang kisah asmara Sangkuriang dengan ibu kandungnya sendiri, Yaitu Dayang Sumbi. Hal yang mirip adalah perkawinan pada lele tersebut terjadi antara induk betina dengan keturunan jantannya.

*Lele Pithon
Lain halnya dengan lele sangkuriang, lele pithon lahir dari perkawinan silang antara induk betina lele eks Thailand atau lele D89F2 dengan induk jantan lele dumbo F6. Lele pithon memiliki keunggulan seperti pertumbuhannnya yang cepat dan seragam, tingkat kelangsungan hidup tinggi, dan relatif tahan terhadap penyakit.
Lele pithon diperkenalkan dan dikembangkan oleh Teja Suwarna, Sonar Raja Jati, dan Wawan Setiawan asal Pandeglang, Banten. Perkawinan Induk yang dirintis awal Mei 2004 tersebut memiliki ciri khas berupa bentuk kepala yang mirip kepala ular pithon, yakni bentuk kepala pipih memanjang dengan mulut yang kecil. Ciri-ciri fisik lele pithon selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
1. Kepala : Bentuk kepala pipih memanjang dengan mulut yang kecil. Ciri lainnya, terdapat punuk di belakang kepala.
2. Sungut (kumis) : Relatif lebih panjang dibandingkan dengan lele dumbo biasa.
3. Badan : Punggung atas sampai pangkal ekor berwarna hijau kehitaman dengan bintik-bintik hijau kecokelatan.
Bagian atas Badan bagian atas berwarna hijau kecokelatan.
Badan bagian bawah dari depan sampai pangkal ekor berwarna putih cerah.
4. Ekor : Bentuk ekor bulat.
Membedakan Lele dumbo , Sangkuriang & Phyton
Memang agak sulit membedakan ketiga jenis lele tersebut dari bentuk fisik (tidak signifikan), terutama jika membandingkan lele dumbo & Lele Sangkuriang. Namun, secara fisik warna lele dumbo hitam kecokelatan. Ada corak atau bintik – bintik dengan warna yang cenderung agak hijau keputihan. Lele Sangkuriang warna badannya hitam keputih – putihan. Tidak ada corak atau bintik –bintik alias cenderung polos. Sementara itu lele phyton warnanya hijau kecokelatan. Ada bintik – bintik juga seperti pada lele dumbo, tetapi warnanya hijau kecokelatan.
Bentuk badan lele pithon & Lele Sangkuriang lebih panjang daripada lele dumbo biasa. Namun, lele pithon sedikit lebih pendek daripada lele sangkuriang , tetapi badannnya lebih gemuk.

Urban Farming

Urban Farming ( Budidaya Ikan ) di Surabaya

Tujuan Urban Farming 

  1. Mengurangi kemiskinan melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha budidaya ikan disesuaikan dengan potensi yang ada di wilayahnya.
  2. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan sempit di perkotaan.
  3. Mengembangkan dan memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja produktif.
  4. Mengembangkan pola pembinaan yang partisipatif dan berkelanjutan dalam memberdayakan masyarakat Gakin, dalam upaya perbaikan gizi buruk sekaligus dapat meningkatkan pendapatan keluarga secara mandiri.

Sasaran

Sasaran kegiatan Pengembangan Perikanan (Urban Farming) adalah masyarakat Kota Surabaya yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, namun mempunyai kemauan untuk menekuni usaha budidaya ikan.

Manfaat

  1. Membuka peluang usaha kecil di bidang usaha budidaya perikanan bagi masyarakat di luar pembudidaya ikan melalui kegiatan Pengembangan Perikanan (Urban Farming).
  2. Meningkatnya konsumsi ikan per kapita untuk masyarakat Kota Surabaya

Dampak

  1. Meningkatnya pemanfaatan lahan sempit di perkotaan.
  2. Berkurangnya jumlah masyarakat miskin.
  3. Tersedianya pekerjaan sampingan bagi masyarakat miskin di perkotaan.
  4. Meningkatnya daya beli masyarakat.
  5. Terbentuknya kegiatan ekonomi lokal dan usaha produktif.
  6. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Gakin.

Manfaat

Terciptanya usaha ekonomi produktif berkelanjutan di bidang usaha budidaya ikan bagi masyarakat Gakin. Terciptanya peningkatan produktivitas Urban Farming di perkotaan, melalui usaha budidaya ikan. Pemenuhan gizi keluarga di kalangan masyarakat Gakin.

Budidaya Perikanan


Tentang Budidaya Perikanan


Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi dan berbagai avertebrata penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat dianggap merupakan usaha agribisnis.Umumnya, perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan pangan bagi manusia. Selain itu, tujuan lain dari perikanan meliputi olahraga, rekreasi (pemancingan ikan), dan mungkin juga untuk tujuan membuat perhiasan atau mengambil minyak ikan.
 
Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis)
 
 Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan/atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Usaha perikanan yang berupa produksi hasil perikanan melalui budidaya dikenal sebagai perikanan budidaya atau budidaya perairan (aquaculture).